Pakar digital marketing di Indonesia mulai dikukuhkan setelah bertahun-tahun keilmuan ini berkembang. Dalam praktiknya, diperlukan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan produk digital marketing diterima oleh masyarakat. Output dari digital marketing dapat memberikan manfaat besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Penting untuk memahami bagaimana komunikasi produk dapat diterima, dibeli, dan digunakan oleh konsumen.
Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Dra. Indrawati, M.M., Ph.D., menekankan pentingnya implementasi digital marketing untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari enam kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Orasi ini disampaikan pada Sidang Senat Pengukuhan Guru Besar Telkom University (Tel-U).
Profil Pakar Digital Marketing
Prof. Dra. Indrawati, M.M., Ph.D. adalah dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University sejak tahun 1990. Beliau dikenal karena kontribusinya dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pemasaran digital. Penelitian beliau berfokus pada model adopsi teknologi, inovasi, e-commerce, kota pintar (smart city), serta model adopsi komunikasi pemasaran digital.
Sebagai pendiri Smart City Research Group di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tel-U, beliau memiliki lebih dari 200 artikel prosiding, jurnal nasional, dan internasional, serta 43 artikel yang terindeks Scopus. Selain itu, beliau juga telah mempublikasikan 225 artikel semi-populer di media cetak dan elektronik, 12 buku, dan memiliki 8 Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Implementasi Digital Marketing untuk UMKM
Menurut Prof. Indrawati, untuk mencapai posisi ke-6 kekuatan ekonomi dunia, model adopsi produk dan komunikasi digital atau digital marketing perlu diimplementasikan dalam pemasaran bisnis, khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM sering kali memiliki keterbatasan dalam pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan digitalisasi usahanya. Oleh karena itu, program pencerahan, sosialisasi, dan pendampingan harus diberikan kepada UMKM.
Ia menegaskan bahwa rendahnya tingkat digitalisasi UMKM bukanlah tantangan, melainkan peluang besar. Peluang untuk mengubah cara UMKM beroperasi, berkomunikasi, dan berkembang. Dengan strategi digital marketing yang efektif dan model adopsi produk serta komunikasi digital, UMKM dapat bertahan dan berkembang di pasar global. Diperlukan kolaborasi lintas sektor dalam mengatasi tantangan digitalisasi UMKM. Pemerintah, industri, investor, akademisi, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menghadapi masalah ini. Transformasi digital bukan hanya tentang penerapan teknologi, tetapi juga tentang perubahan fundamental dalam cara berbisnis, berinteraksi, dan berkembang.
Awal Internet dan Pemasaran Digital
Pada awal 1990-an, Tim Berners-Lee menciptakan World Wide Web, yang menjadi dasar dari internet modern. Pada tahun 1994, iklan banner pertama muncul di situs HotWired, menandai awal dari iklan berbasis web. Era ini melihat kelahiran mesin pencari seperti Yahoo! pada tahun 1995, yang membantu orang menemukan informasi secara lebih mudah di internet.
Pada akhir 1990-an, tepatnya tahun 1998, Google didirikan dan segera menjadi mesin pencari yang paling dominan. Pada periode yang sama, pemasaran email mulai berkembang pesat. Perusahaan mulai menggunakan email sebagai alat untuk berkomunikasi langsung dengan pelanggan mereka, mengirimkan newsletter, dan promosi produk.
Era Media Sosial
Memasuki tahun 2000-an, platform media sosial mulai bermunculan. Pada tahun 2003, LinkedIn diluncurkan sebagai platform jaringan profesional. Setahun kemudian, pada 2004, Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg. Awalnya hanya untuk mahasiswa, Facebook kemudian terbuka untuk umum dan menjadi platform media sosial terbesar di dunia. Tahun 2005, YouTube diluncurkan, memungkinkan pengguna untuk mengunggah dan berbagi video. Kemudian pada tahun 2006, Twitter didirikan dan memperkenalkan konsep microblogging.
Pada tahun 2010, Instagram diluncurkan, memperkenalkan cara cepat dan mudah untuk berbagi foto. Pada tahun 2011, Google+ diperkenalkan meskipun kemudian ditutup pada tahun 2019. Pada tahun 2013, native advertising mulai populer. Native advertising adalah iklan yang menyerupai konten asli, sehingga lebih tidak mengganggu pengalaman pengguna.
Pada tahun 2015, penggunaan ponsel pintar untuk mengakses internet melampaui desktop. Ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam cara orang mengakses informasi. Pada tahun 2016, penggunaan AI (Artificial Intelligence) dan analisis data dalam pemasaran digital mulai meningkat. AI digunakan untuk mempersonalisasi pengalaman pengguna dan memberikan rekomendasi produk yang lebih relevan.
Pandemi COVID-19 pada tahun 2020 mempercepat adopsi digital dengan banyak bisnis yang beralih ke online dan e-commerce. Pada tahun 2022, pemasaran melalui influencer media sosial menjadi strategi yang sangat efektif. Influencer dengan jumlah pengikut yang besar dapat mempengaruhi keputusan pembelian pengikut mereka. Pada tahun 2023, AI dan Machine Learning digunakan untuk personalisasi pengalaman pengguna dan analisis data yang lebih canggih, memberikan wawasan yang lebih mendalam kepada bisnis tentang perilaku konsumen mereka.
Era Gig Economy
Kedatangan gig economy sebagai sistem ekonomi di mana pekerjaan dilakukan atas dasar kontrak jangka pendek atau freelance daripada pekerjaan tetap dan berkelanjutan. Dalam gig economy, pekerja sering kali dipekerjakan untuk menyelesaikan tugas tertentu atau proyek, dan tidak memiliki komitmen jangka panjang dengan pemberi kerja. Teknologi dan platform digital memainkan peran penting dalam gig economy, memungkinkan koneksi antara pekerja lepas dan klien dengan mudah dan cepat.
Sejarah digital marketing menunjukkan bagaimana inovasi teknologi dan adaptasi terhadap perilaku konsumen yang berubah telah mengubah cara bisnis berinteraksi dengan konsumen mereka. Dari iklan banner pertama hingga pemasaran berbasis AI, digital marketing terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan teknologi.